Jan 26, 2018

Cerita Suatu Pagi

Beberapa hari yang lalu aku pergi kerumah orang tuaku menggunakan salah satu transportasi online karena mobil kebetulan lagi dipakai suami. Pas naik dapet driver laki-laki, umur sekitar 50 tahunan. Seperti biasa pas di dalam kendaraan aku ngajak ngobrol, lalu gak lama dia cerita dulu dia bekerja di salah satu perusahaan di bagian HRD. Waktu itu di perusahaannya ada program pensiun dini, dan dia ikutan dengan harapan bisa menikmati uang pensiun sambil menghabiskan waktu lebih banyak bersama istri dan anak-anaknya. Ternyata setelah pensiun, pengeluaran keluarga beliau lebih banyak, berat, karena gimana pun uang lama-lama semakin habis karena membiayai kehidupan sehari-hari dan sekolah anak-anaknya. Belum lagi perasaan bersalah yang setiap hari dirasain karena merasa mengecewakan keluarga terutama anak-anaknya. Dia cerita kalau anak-anaknya semenjak itu gak pernah lagi minta uang ke dia, ga pernah minta jajan, ga pernah minta ini itu. Istilahnya jadi gak banyak complain dan request lah. Tapi beliau jadi merasa bersalah sekali karena bapak itu tau deep inside, anak-anaknya pasti kekurangan.

Mendengar itu jadi keinget beberapa tahun lalu waktu papa aku sendiri yang mengalami hal seperti itu, malah lebih parah, ga ada income sama sekali sela beberapa bulan. Hal pertama yang aku rasakan? Sedih, takut. Tapi ternyata aku bisa kok melewati itu semua.. in the end, jadi terbiasa kali ya. Then aku cerita deh soal keluarga aku dulu dan cerita bagaimana perasaan aku, gimana aku menghadapi itu.. aku berusaha menyampaikan ke bapak bahwa anak-anaknya sudah dewasa dan will be just okay.. walaupun pasti butuh waktu untuk beradaptasi. Intinya sih cerita dari point of view seorang anak. dan ga disangka, si bapak nangis! Sampai sesunggukan malah. Aku sampe kaget, haduh, nangis lagi anak orang hahaha. Beliau lalu bilang, "ya ampun mbak, terima kasih sudah cerita ini ke saya. Jujur aja saya pagi ini maleeees banget narik, karena saya kemarin semalaman nangis diam-diam karena keingat anak-anak saya. Tapi saya bersyukur sekali bisa ketemu mbak pagi ini, terima kasih ya mbak.. saya akan cerita ini ke istri saya nanti".

Well it makes me realize and kind of flashback of what I've been through. Dan aku bersyukur sekali diingatkan untuk bersyukur lagi sama Allah lewat si bapak. Aku bersyukur saat itu sekeluarga sehat, malah alhamdulillah jadi hijrah ke pribadi yang lebih baik, in syaa Allah. Dan tetap menjadi orang-orang yang bahagia walaupun kehidupan ekonomi saat itu kurang baik. Dan memang kebahagiaan ternyata emang gak selalunya butuh uang banyak, kok. Tapi menjadi orang yang mensyukuri apa yang kita punya simply membuat kita jadi orang yang bahagia. Menjadi reminder juga bahwa eventually, everything will be just okay :)

Oh ya, dan satu lagi, terima kasih karena membuat saya sadar saya bisa berarti untuk orang lain, ya pak :)

Sep 26, 2017

Menjadi Ibu

"Aku udah pantes belum ya jadi ibu?"
"Apa aku udah jadi ibu yang baik untuk anakku?"


Dan sejumlah pertanyaan lain mengenai kapabilitas aku menjadi seorang ibu yang seriiiing banget aku tanyakan ke diri aku. Waktu awal-awal melahirkan, beberapa orang memang mempertanyakan cara aku dan Luthfi memperlakukan Ahza. Pokoknya waktu itu bingunggg banget karena kayaknya apapun yang aku lakukan kok di kritik orang terus. Mana masih jadi ibu baru, menyusui aja belum benar, mandiin anak aja masih kaku banget haha. Tapi gak hentinya orang komentar ini itu.

Sampai akhirnya aku berusaha cuek dengan omongan orang dan puasa social media! Kalau buka hanya buka untuk lihat berita-berita yang asik-asik aja atau scroll online shop hahaha. Karena bagiku aku gak mau aja gitu merusak mood aku dimana aku harus nyusuin dan mengurus anakku sendirian dengan komen-komen yang negatif. Tapi perlahan aku jadi belajar sih bahwa cuek itu gampang (seriously!) dan hidup jaaaauh lebih indah saat kita bisa menyaring apa yang orang kasih tau ke kita.
Tapi tetap ya namanya juga manusia, semakin bertambahnya usia anak jadi suka bertanya lagi apakah aku udah jadi ibu yang baik ya? Apalagi Ahza sekarang benar-benar kayak spons! Apapun yang dilakukan oleh orang tuanya pasti dia lakukan, makan pasti diminta, dan lainnya. Jadi kadang aku sukaaa banget kelepasan marah sama Ahza (huhuhu maaf ya nak) walaupun dia belum ngerti sebenarnya... Karena gak bohong pekerjaan jadi ibu itu capeknya luar biasa dan aku tau tanggung jawab ini luar biasa besar.

Tapi aku teringat suatu kalimat yang aku lupa pernah lihat dimana. Intinya adalah mom is a human too. Ibu itu juga manusia, sama seperti orang lain. Jadi kalau buat kesalahan? Tentu. Tapi bukan berarti kita menjadi ibu yang buruk, no no. Jadi menyadari bahwa kita juga manusia itu ya lebih gak stress sendiri kalau kita kelepasan marah dengan anak karena capek, misal. Tapi gak berarti boleh marah-marah sama anak tanpa alasan juga sih, cuma maksudnya kalau kelepasan marah saat capek ya it's okay, cukup intropeksi diri sendiri untuk gak mengulangi lagi. 

Dan ditambah, stop bandingin diri kita sama orang lain sih. Apalagi bandingin anak, its a big no no. Juga jangan membandingkan cara kita mendidik anak dengan orang lain mendidik anaknya. Karena yang kita lihat di social media itu pasti yang indah-indah saja, tapi God only knows kehidupan aslinya seperti apa, kan? Intinya ya bersyukur dengan apapun yang kita punya :)

Tapi dibalik semua capek, khawatir, takut jadi seorang ibu, this is a priceless gift. Being a mom is so wonderful, I cant even explain it with words. Tidak pernah nyangka ada bahagia yang kayak gini, hanya melihat anak senyum. Perjalanan jadi ibu masih panjaaaang banget, but I'm willing to learn everyday, kiddo!

Love,
L

Sep 17, 2017

Bedtime Talk

Kemarin malam, as usual aku dan Luthfi ngobrol sebelum tidur. Tapi yang kemarin kita ngobrol sedikit "berat" topiknya, ada hal yang aku diskusikan dengan Luthfi, melihat sudut pandangnya sebagai laki-laki, mengenai salah satu teman baik kita yang sedang memiliki masalah rumah tangga.

Diakhir pembicaraan, kita berdua mengucap syukur, alhamdulillah kami berdua diberikan nikmat dan rezeki oleh Allah untuk saling mencintai dan dicintai hingga saat ini. Pernikahan kita memang masih kecil umurnya, baru 2 tahun tapi kita sangat bersyukur bahwa kita menikah dengan satu sama lain. Dengan apapun yang kita lalui, kita dapatkan selama pernikahan ini. Dan kita berdoa bersama-sama semoga pernikahan kita sampai nanti kita berdua meninggal & bertemu kembali di Jannah-Nya.

Setelah bedtime talk dengan Luthfi, rasanya hati ini penuh sekali. Penuh karena kayaknya aku ga perlu apa-apa lagi; I am happy with my life. Diperjalanan kami menikah memang ga selalu lurus aja atau naik terus tapi ada turunnya. Cuma aku bersyukur sekali kita berdua bisa terus ingat untuk bersyukur atas apa yang kita miliki, menguatkan satu sama lain. Tapi yang membuat kita selalu ingat untuk bersyukur sebenarnya setelah keberadaan Ahza di hidup kita. He simply made our life happier. Dan kita berdua masih jauhhhh sekali perjalanannya in syaa Allah dalam menjadi pasangan suami istri dan orang tua. Semoga Allah selalu menjaga dan memudahkan jalan kami sekeluarga, aamiin :)

Sep 13, 2017

Catatan Malam Hari

Ada teman bercerita mengenai masalah rumah tangganya. Pelik, rasanya kalau aku yang diposisi dia kayaknya aku gak bakalan kuat. She's one of the strongest woman I know! Padahal masalahnya bertubi-tubi..

Tapi disisi lain, aku jadi selalu diingatkan untuk bersyukur. Bersyukur aku bahagia kayak begini. Pernikahanku jauuuuh banget dari kata sempurna, tapi aku bersyukur sekali dinikahi dengan suamiku. Walaupun suamiku banyak kurangnya (begitu juga aku) tapi aku bahagia sekali dia imam yang amanah, bertanggung jawab, sayang sekali dengan aku, Ahza, keluargaku, teman-temanku. Dia sayaang sekali dengan ibunya. How he treats his mother makes me fall in love deeper with him. Dia juga sabaaaaaar banget menghadapi aku hahaha. Soalnya aku sedikit keras kepala (sedikit?? 😂). Tapi dia sabar sekali sama aku, menasehati aku, membimbing aku. Dan usahanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga kami luar biasaaa banget.

Waktu aku hamil, melahirkan dan mengurus Ahza dia nemenin semua, ga melewatkan apapun. Kita memang ga pernah membedakan pekerjaan suami dan istri, jadi aku bersyukur sekali suami aku ga pernah hitung-hitungan soal mengurus Ahza. Semua bisa dia lakukan kecuali cebokkin Ahza kalau habis BAB wkwk dan menyusui.

Nah kan setelah ditulis jadi banyak banget yang jadi reminder untuk terus bersyukur. Barakallahu fiik, my love. Thank you for taking care your little family ❤️

Sep 12, 2017

#1

Sebulan terakhir ini aku lagi rajin kembali menulis di jurnal. Sebenarnya alasan utamanya ialah itu adalah salah satu cara menghilangkan jenuh, lelah, stress. Hanya coret-coret diatas kertas ternyata bisa menghilangkan itu semua! Hehe.

Kadang yang tadinya pengen ngeluh ini itu begitu nulis kok yang ditulis jadinya bukan keluhan, tapi pelajaran-pelajaran yang aku ambil dari keluhan-keluhan tersebut. Jadinya malah jadi reminder untuk bersyukur terus atas apa yang Allah kasih ke aku.

Dan itu hanya berawal dari sebuah notebook dan pulpen :)